Jumat, 29 November 2013

Hati Kedua


Sinopsis
“Hati kedua kamu siapa, Ra?”
“Hah?” kurasakan panas menjalar di pipiku, “Kok jadi bahas hati kedua?”
“Ada, kan?”
“Ngga… ngga ada. Aku ngga ngerti cinta-cintaan, Kak.”
“Hihihi… Rara masih polos, ya. Emang belum puber?”
“Udah, kok!” tungkasku cepat. Kak Syifa malah semakin tertawa. “U… udah Kak… jangan bahas Hati Kedua, ah. Bikin malu tauk.” Aku menunduk dan memandangi kakiku.
Kak Syifa berhenti tertawa dan memegangi kedua pipinya. “Kalau hati ketiga Rara?”
            “Eh...,” aku mendongak dan menatap serius wajah Kak Syifa. “Eng… Kak Syifa mau jadi hati ketiga Rara?”
            “Mau….”
            Bayangan Kak Syifa menghilang lenyap. Berganti dengan kabut putih yang membuat teduh. Tapi dari balik kabut itu, suara lembut Kak Syifa kembali menyapaku.
            “Hati keduamu siapa, Ra?”

"Mata Kedua dan Hati Kedua bukan sembarang novel remaja, lho! Anak
muda yang baca bakal dapat banyak semangat dan motivasi! Pokoknya,
nyesel deh kalau nggak baca novel ini!"
(Rico Ceper - Penyiar/MC/Artis)

“Lewat novel ini, penulis secara tidak langsung juga memotivasi kami, orang-orang yang sempurna fisiknya.Semoga naskah ini membawa manfaat, khususnya bagi pemuda Indonesia.”
Dr. Aisah Dahlan (Pembina Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, mentor eks-pengguna NARKOBA di Indonesia)

"Untuk kemampuan tulis-menulis teman saya yang satu ini memang ngga perlu diragukan lagi! Biar pun tuna netra, Imajinasinya seluas samudra. Unik dalam tiap alur dan ulirnya, bikin orang penasaran buat terus ngelahap sampaiakhir...."
Rachel Stefanie Halim (Tuna netra penulis buku Aku Buta, Tapi Melihat)

Membaca Mata Kedua dan Hati Kedua, meruntuhkan persepsi kita tentang buta, kebutaan dan bagaimana memperlakukan mereka, yang tak bisa menikmati cerlang cahaya, namun bergairah, bersemangat melangkah menuju ke masa depan.
Nuning Purnamaningsih (Audio book reader bagi tuna netra, sahabat kaum disabilitas)

Mata Kedua

Sinopsis
           “Sayang, apa kamu yakin?” ujar perempuan di depanku.
            Lagu bosanova yang mengalun indah di restoran ini memberikan nuansa yang sangat romantis. Aku dan perempuan itu duduk berhadap-hadapan. Di antara kami ada sebongkah cinta yang sedang diuji. Hari ini aku mengakui… bahwa ada perempuan lain di hatiku.
            Aku mendengar suara kertas bergesekan. Perempuan itu terdiam lalu menghela napas.
            “Bacakan saja suratnya. Aku sudah siap!” pintaku dengan suara bergetar. Tanpa sadar aku menekan jemari sekuat tenaga saat memegang gelas. Tangan perempuan itu segera memegangku, mengenggamnya erat, membuatku merasa tenang.
            “Iya, aku akan membacakan surat ini pelan-pelan, Sayang.”
            Apa pun isi surat itu aku siap. Apa pun reaksi perempuan di depanku, aku akan menerimanya. Kuhempaskan badanku ke sofa dan semua memori di kepalaku berputar. Sangat cepat sampai pada hari pertama saat aku masuk ke SMA. 15 tahun silam…

"Mata Kedua dan Hati Kedua bukan sembarang novel remaja, lho! Anak
muda yang baca bakal dapat banyak semangat dan motivasi! Pokoknya,
nyesel deh kalau nggak baca novel ini!"
(Rico Ceper - Penyiar/MC/Artis)

“Lewat novel ini, penulis secara tidak langsung juga memotivasi kami, orang-orang yang sempurna fisiknya.Semoga naskah ini membawa manfaat, khususnya bagi pemuda Indonesia.”
Dr. Aisah Dahlan (Pembina Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, mentor eks-pengguna NARKOBA di Indonesia)

"Untuk kemampuan tulis-menulis teman saya yang satu ini memang ngga perlu diragukan lagi! Biar pun tuna netra, Imajinasinya seluas samudra. Unik dalam tiap alur dan ulirnya, bikin orang penasaran buat terus ngelahap sampaiakhir...."
Rachel Stefanie Halim (Tuna netra penulis buku Aku Buta, Tapi Melihat)

Membaca Mata Kedua dan Hati Kedua, meruntuhkan persepsi kita tentang buta, kebutaan dan bagaimana memperlakukan mereka, yang tak bisa menikmati cerlang cahaya, namun bergairah, bersemangat melangkah menuju ke masa depan.
Nuning Purnamaningsih (Audio book reader bagi tuna netra, sahabat kaum disabilitas)